Refleksi Tajam terhadap Pemilihan Suara Ulang (PSU), Manipulasi dan Ancaman Integritas Pemilu
Gambar ilustrasi surat suara. foto : lendra sigapnews.co.id
Trenggalek, sigapnews.co.id - Fenomena Pemilihan Suara Ulang (PSU) belakangan ini mendorong analisis kritis terkait dampak suboptimal dan potensi risiko terhadap esensi integritas pemilihan umum. Meskipun legal secara formal, PSU menyuguhkan paradigma ketidakadilan yang tidak hanya bersifat eksklusif terhadap partai terlibat, namun juga merembes hingga ke lapisan partai lainnya.
Pengamat politik, Ganief Tanto Adiwijaya melontarkan kritik terhadap PSU, memandangnya bukan hanya sebagai inkonsistensi terhadap prinsip-prinsip keadilan, melainkan sebagai pendorong utama dalam melahirkan praktik politik uang yang merajalela.
“PSU, bukan sekadar mengakibatkan ketidaksetaraan di antara partai, namun membuka pintu lebar untuk penyelewengan moril yang mendalam dalam bentuk money politik,” ujarnya. Jumat (01/03/2024).
Ganief membidik kejadian di Trenggalek sebagai indikator kesalahan sistem yang mungkin bersifat kontemplatif atau, lebih menakutkan lagi, sebagai manifestasi dari desain yang kurang cermat. “Kita tidak dapat mengabaikan probabilitas bahwa insiden-insiden ini mungkin dipersengaja atau merupakan konsekuensi langsung dari ketidakkongruenan desain yang secara intrinsik menimbulkan ancaman terhadap integritas pemilu,” tegasnya.
Ia menegaskan perlunya evolusi substansial dalam struktur pemilu. “PSU harus berfungsi sebagai pemicu refleksi mendalam, mendorong kita untuk menilai kembali fundamentalitas sistem pemilu. Perubahan substantif menjadi prasyarat, agar pemilihan umum yang akan datang tidak sekadar menjadi saksi bisu dari kontroversi serupa,” sindirnya.
Dalam prespektif ini, masyarakat dan aparat berwenang diminta untuk tidak hanya mengidentifikasi cacat-cacat terkait dengan PSU, tetapi juga mengambil tindakan konkret menuju reformasi substansial, guna memastikan bahwa panggung demokrasi tidak lagi rentan terhadap ancaman yang dapat menggoyahkan prinsip-prinsip dasar demokratis.
Editor :Lendra Maradona